Singapura dari Ujung ke Ujung: Sebuah Panduan (Part 3)

12/30/2019 01:09:00 AM


Heeeeeeeeeeeeeeeyyyy! Seperti biasa selalu tertunda lama, tapi saya masih tetap menepati janji sebelumnya di Part-2, yak, kali ini kita akan mengunjungi Singapura bagian Barat dan Utara. Pagi ini kita mulai dengan mengendarai MRT East West Line menuju stasiun MRT Chinese Garden di daerah Jurong East. Area Barat memang tidak sepopuler daerah Central, tapi bagi para akademisi, sisi barat Singapore cukup populer karena disitulah Nanyang Technological University. And yes, menuju NTU juga bisa dijangkau lewat melalui jalur East West Line ini lho!




Chinese Garden adalah taman seluas 13,5 hektar sebagai secuil gambaran Tiongkok kuno, lengkap dengan deretan jembatan batu, pagoda, dan kedai teh. Dirancang oleh arsitek Taiwan, Prof. Yuen-chen Yu dan didirikan pada 1975, kawasan ini dibangun menyerupai gaya arsitektur dan seni taman kekaisaran Tiongkok utara, khususnya selama masa pemerintahan dinasti Sung. Jembatan ‘Bai Hong Qiao’, misalnya, meniru gaya 17-Arch Bridge di Summer Palace, Beijing.









Disisi selatan Chinese Garden juga terdapat Japanese Garden. Secara pribadi saya tidak begitu merekomendasikan karena suasananya yang tidak Jepang-Jepang amat dan isinya kebanyakan hanya bonsai. Tapi barangkali preferensi kita berbeda, silakan kalian boleh berkunjung.



Oya, salah satu daya tarik lain di Chinese Garden selain pagoda-pagodanya adalah patung Hua Mulan yang tentu saja bukan Mulan Jameela apalagi Mulan Guritno. Mulan yang merupakan prajurit wanita legendaris dari periode dinasti Utara dan Selatan (420-589) dari sejarah Tiongkok. Tahun 2020 besok kita bisa melihat adaptasinya melalui film Disney yang diperankan oleh Liu Yifei.



Jika tadi kita masuk melalui pintu timur dari Stasiun MRT Chinese Garden, maka keluarlah melalui pintu keluar sisi barat. Bisa melalui Chinese Garden ke arah barat maupun ke Japanese Garden menuju Yuan Ching Rd. Dari situ kita bisa menuju Hawker Taman Jurong untuk sarapan. Ya kecuali tadi kalian sudah sarapan, bisa skip disini.



Ada beberapa opsi makanan halal disini, sebut saja Yaseen Biryani, Seri Muslim Food dan Indian Tiffin Center yang menyajikan menu vegetarian ala India. Oya, seumpama kalian berkunjung ke Chinese Garden untuk berburu sunset dan perlu melaksanakan kewajiban bagi kalian yang muslim, bisa menuju Masjid Assyakirin yang berada bagian barat daya Taman Jurong ini. Tepatnya di Yung An Rd.


Masjid Assyakirin
Usai sarapan saya menuju stasiun MRT Lakeside, bagi yang tidak sarapan ke Taman Jurong, bisa kembali ke stasiun MRT Chinese Garden. Dari situ, kita akan menuju ujung dari East West Line yaitu stasiun MRT Tuas Link. Pertanyaannya, ngapain kita di ujung stasiun MRT paling barat ini? Yak, kita bakal nyebrang ke Johor Bahru Malaysia. "Loh, katanya Singapura dari Ujung ke Ujung? Kok malah ke Malaysia segala?" Orang deket, mampir bentar nggak boleh? Ya, bagi yang tidak mau ke Malaysia bisa skip disini dan lompat ke bagian bawah yang langsung ada di bagian utara Singapura. "Eeh, tapi bukannya ke Johor Bahru harusnya lewat Woodlands?" Nah, ini banyak pelancong Indonesia yang belum tahu jalur ini, makanya baca aja yuk! Sekali lagi bagi yang tidak mau ke Malaysia bisa skip disini dan lompat ke bagian bawah yang langsung ada di bagian utara Singapura ya!


Jadi, ada 2 pos imigrasi antara Singapura dan Johor Bahru. Yang utama dan paling tua adalah Woodlands Checkpoint dan JB Sentral Checkpoint; juga biasa disebut "Causeway" atau "First Link." Nama pos pemeriksaan JB adalah "Sultan Iskandar." Nah, yang kedua dan lebih baru adalah Tuas Checkpoint dan JB Second Link Checkpoint, juga biasa disebut "Tuas" atau "Second Link." Nama pos pemeriksaan JB Second Link adalah "Sultan Abu Bakar." Karena saya menuju Tuas Link tentu saja saya akan masuk Johor Bahru dengan menggunakan Second Link. Selain karena cenderung lebih sepi, tujuan saya, Legoland, lebih dekat dekat dan mudah dijangkau lewat sini daripada menggunakan Woodlands Checkpoint.



Dari stasiun MRT Tuas Link, keluarlah melalui Exit A. Dari situ kita akan naik bus Causeway CW7. Biayanya $S4 secara tunai, $S3,8 dengan EZ-Link dan $S3,5 oleh Manjalink. Perlu diperhatikan, saat menggunakan EZ-Link, kita harus nge-tap kartunya dibagian di konter, bukan di dalam bus seperti biasanya. 

 
Secara garis besar, rute yang akan dilalui saat naik bus melalui Second Link akan seperti ini: Bus stop → bus Causeway CW7 Tuas Checkpoint bus Causeway Second Link CIQ Bus to Legoland Legoland (Mall of Medini). 


Bus CW7 akan berhenti di Tuas Checkpoint untuk proses imigrasi keluar dari Singapore, maka penumpang harus turun (beserta barang bawaannya). Setelah selesai urusan imigrasi, maka kita kembali antri di jalur bus untuk menuju ke
JB Second Link Checkpoint. Turun, proses imigrasi dan setelah mendapat stempel masuk ke Malaysia, lanjutkan ke area naik bus dan naiklah lagi bus CW7 yang akan membawa kita ke tujuan berikutnya dalam hal ini adalah Mall of Medini.


Info lengkap terkait bus CW7 bisa kalian lihat pada tautan ini. Mall of Medini punya dua pemberhentian, sisi utara (main entrance) maupun halte yang ada di Persiaran Medini, tidak masalah berhenti dimana, kalian tinggal jalan sebentar dan langsung menuju pintu masuk Legoland. 


Kenapa saya, solo traveler berkunjung ke Legoland? Bukankah Legoland lebih cocok dijadikan wisata keluarga? Ya, bisa dibilang begitu. Tapi setidaknya banyak dari kita yang tumbuh bersama Lego kan? Atau nonton filmnya Lego The Movie misalnya? Yah, banyak alasan untuk datang ke Legoland apalagi ada Lego Star Wars Miniland disini!






Tentu saja Legoland menawarkan banyak sekali ragam hiburan selain Star Wars, karena tujuan saya cuman Lego Star Wars Miniland ya begitu selesai saya cabut. Kelak saya akan berlama-lama ketika berkunjung bersama keluarga kecil saya! Oya, tersedia tempat untuk ibadah disini, surau berada didekat area Miniland ini di sebelah Twister Technic.



Ada catatan penting apabila setelah dari Legoland kita akan kembali masuk ke Singapore. Ada baiknya, ketika kita tiba bandara Changi, ambillah Immigration Card tambahan. Hal ini memudahkan akan kita saat masuk kembali ke Singapore setelah dari Legoland. Kemudian, urusan imigrasi saat kita keluar dari Singapore dan masuk ke Malaysia bisa dibilang sangat mudah. Tetapi, sebaliknya, saat masuk ke Singapore, pemeriksaan akan sangat ketat. Terkadang ada random check (umumnya) pada laki-laki usia produktif, yang diperkirakan masih (dapat) bekerja. Memang hanya akan ditanya dari mana dan mau kemana, tetapi lumayan menyita waktu. Dalam beberapa kasus bahkan akan ditanyakan booking hotel maupun tiket pesawat pulang. Seringnya yang akan memperburuk keadaan bagi pelancong dari Indonesia adalah kemampuan bahasa Inggris yang kurang fasih dan berujung pada komunikasi Bahasa Melayu-Indonesia. Kapan-kapan saya ceritakan mengapa banyak Singaporean yang meskipun tahu dan mengerti bahasa Melayu tapi enggan/tidak suka menggunakannya. Proses pulang tinggal dibalik saja Legoland → bus Causeway CW7 → Second Link CIQ → bus Causeway → Tuas Checkpoint → bus Causeway 7 → Bus Stop (MRT Tuas Link)


Dari stasiun MRT Tuas Link, kita akan mengendarai East West Line menuju stasiun MRT Jurong East. Bagi kalian yang diawal tadi ogah ke Johor Bahru, dari Chinese Garden bisa jalan langsung ke MRT Jurong East atau naik dari stasiun MRT Chinese Garden. Stasiun MRT Jurong East merupakan stasiun percabangan jalur East West Line dengan jalur North South Line. Jalur ini juga bisa menjadi akses ke Johor Bahru melalui Woodlands Checkpoint. Kita akan naik MRT jalur merah ini sampai ke stasiun MRT Ang Mo Kio. Tujuan kita adalah menuju satu-satunya kampung terakhir yang tersisa di Singapura. Tapi sebelum itu kita akan mampir dulu ke Chong Boon Market & Food Centre. Lokasi hawker ini tidak jauh dari stasiun MRT Ang Mo Kio.


Tujuan utama di Chong Boon adalah Rahim Muslim Food. Kedai milik Pak Muhammad Tohan ini cukup terkenal disini terutama menu Mee Rebusnya yang khas dengan toping sambal kacang. Citarasa peranakannya sangat kental, sekilas, ada sedikit kemiripan rasa dengan Mie Ongklok Wonosobo.

 
Mee Rebus + Paha Ayam + Perkedel
Update harga per-Oktober 2019
Rahim Muslim Food juga menyediakan makanan lain selain Mee Rebus, ada Mee Soto/Bee Hoon Soto dan juga Satay. Dalam kunjungan sebelumnya saya mencoba satay tapi menurut saya masih enak yang ada di sekitaran Lau Pa Sat. Selain Rahim Muslim Food, di Chong Boon juga tersedia beberapa kedai India Muslim & Vegetarian, tak lupa McDonald. Yes, McDonald di seantero Singapura mengantongi sertifikasi halal dari MUIS (Majelis Ugama Islam Singapore). 

Selesai makan, kita akan berkunjung ke Last Village in Singapore. Yak, masih ada satu Desa terakhir yang ada di metropolitan Singapura ini. Kembali ke stasiun MRT Ang Mo Kio tepatnya di Exit B, dan kita akan menyeberang menuju halte bus Aft Ang Mo Kio Int yang berada di dekat Jubilee Square di Ang Mo Kio Ave 8. Kita akan naik bus 50 menuju halte Ch Of St. Vincent De Paul yang berada di Yio Chu Kang Rd. Apabila bingung karena tidak ada internet/GPS, cara paling mudah mengenali halte Ch Of St. Vincent De Paul adalah letaknya yang berada setelah pom bensin Esso. Ya, sepanjang perjalanan bus 50 hanya akan menemui 1 pom bensin Esso dan 1 gereja yaitu Gereja St. Vincent De Paul tadi, jadi tidak perlu ragu!


Dari halte tersebut kita tinggal menyeberang jalan dan carilah jembatan untuk menyeberang sungai (di dekat pom bensin Shell), dan pintu masuk Kampong Lorong Buangkok pun sudah terlihat.


Seperti halnya perkampungan di Indonesia, Kampong Lorong Buangkok menawarkan suasana yang sederhana dan jauh dari kebisingan serta hiruk pikuk perkotaan. Binatang seperti ayam, kucing dan anjing berkeliaran bebas, deretan rumah berbahan kayu dengan atap seng, bahkan suara jangkrik masih bisa didengar ketika malam.



Setidaknya, masih ada 28 rumah yang dapat dijumpai di kampung ini. Para warga yang menempati kampung ini memiliki latar belakang etnis dan agama yang beragam. Kampong Lorong Buangkok menjadi satu-satunya kampung terakhir yang tersisa di metropolitan Singapura. Meski jauh dari kata “glamor” yang melekat dengan identitas Singapura di mata dunia,  kampung ini justru menyimpan potret sisi lain yang jarang sekali ditemukan di era modern Singapura.



Kampong Lorong Buangkok berdiri sejak tahun 1956 dari tanah yang dibeli oleh seorang penjual obat tradisional Tiongkok bernama Sng Teow Koon. Tanah ini kemudian diwariskan kepada empat orang anaknya. Salah satunya adalah Sng Mui Hong yang saat ini masih tinggal di Kampong Lorong Buangkok. Mui Hong juga lah yang mengurusi lahan warisan ayahandanya. Para pemilik rumah yang tinggal di kampung ini tetap membayar sewa tanah perbulannya kepada Mui Hong dengan harga yang bervariasi.



Di Kampong Lorong Buangkok juga terdapat satu tempat ibadah, yaitu Surau Al-Firdaus. Surau ini sering dijadikan oleh warga Muslim untuk melakukan akitivitas keagamaannya seperti shalat berjamaah. Bahkan selepas shalat Maghrib dan Isya berjamaah, para warga sering meminum kopi bersama. 



Dari Kampong Lorong Buangkok, kita kembali pulang dengan menyusuri sungai melalui Gerald Drive sampai bertemu lagi dengan Yu Chi Kang Rd, dan di halte seberang Gereja St. Vincent De Paul. Kita akan mengambil arah sebaliknya tetap dengan menggunakan bus 50 dan kembali ke stasiun MRT Ang Mo Kio lewat halte Ang Mo Kio Exit B. Berdasarkan itinerary saya hari ini, maka saya akan berangkat dari stasiun MRT Ang Mo Kio sekitar pukul 17:00, yang mana hanya akan menyisakan kunjungan untuk beli oleh-oleh dan night out. Ada 4 lokasi menarik untuk menutup kunjungan kita di Singapura. Saya bahas satu persatu disini, semua dimulai dari stasiun MRT Ang Mo Kio ini.


1. Orchard

Kita akan naik MRT North South Line langsung menuju stasiun MRT Orchard. Keluarlah melalui pintu Exit E. Alasan utamanya menggunakan Exit E adalah ujung dari pintu keluar ini yang sangat instagramable terutama ketika malam.

Exit E
Yup, you gonna get this beautiful view at night!


ION Orchard at Night
Late afternoon~
Nah, kalau kalian menggunakan Exit A, maka kita akan langsung keluar di seberang jalan tepatnya di depan Tang Plaza. 

Exit A
Oya, salah satu spot favorit pelancong Indonesia di Orchard Rd adalah di sekitar patung di depan Prada ini. Dari Exit E ambil kanan dan langsung akan ketemu patung berwarna-warni ini. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya masih selalu geli melihat pelancong Indonesia yang menyempatkan berfoto disini.


Meskipun Orchard Rd dikenal sebagai pusat perbelanjaan, saya punya tempat favorit yang sama sekali tidak terkait dengan shopping. Bahkan kalau tempat ini bikin penginapan, kayanya saya bakalan nginep karena saya betah banget disini. Yup, this is Library@Orchard!



Perpustakaan ini lahir pada 23 Oktober 2014. Berada di lantai 3 Mall Orchard Gateway. Library@Orchard terbagi menjadi The Studio dan The Loft dan diatur sedemikian rupa untuk memanjakan pengunjung dengan beragam program dan pilihan membaca. Library@Orchard menampilkan koleksi sekitar 100.000 judul
yang buku-bukunya tentu saja semua dalam bahasa inggris. Menurut ngana?






Masuk ke perpustakaannya gratis ya, jadi tidak perlu mikir kalau mau dateng ke sini. Cocok buat sobat misqueen yang doyan buku kaya saya. Tapi perlu diinget, tempat ini adalah perpustakaan jadi tidak boleh berisik. Mau tidur, mau poto-poto, mau guling-guling asalkan tidak berisik dan tidak mengganggu pengunjung yang lain tidak apa-apa kok!





Beberapa kali kesini, tempat ini kadang ramai banget kadang juga sedikit pengunjungnya. Ada yang kerja kelompok, bekerja dibalik laptop, tidur, baca buku dan foto-foto. Iya, banyak yang foto-foto disini. Emang bagus foto di perpustakaan? Silakan dikira-kira sendiri. Nah, bagi kalian yang tidak mau berkunjung ke Library@Orchard dan tidak hendak berbelanja barang branded mahal, kalian bisa mampir ke Lucky Plaza. Lucky Plaza bisa dibilang toko sagala aya, cari makan, elektronik, oleh-oleh, semua ada disini. Bagi yang kangen masakan Indonesia disini ada banyak kedai yang cukup familiar dengan kita. Sebutlah Bebek Goreng Pak Ndut, Ayam Bakar Ojo Lali, Ayam Penyet Ria, Ayam Penyet President, Minang House, Kabayan bahkan kantor cabang Bank BNI juga ada disini!




2. Lau Pa Sat


Kita akan naik MRT North South Line menuju stasiun MRT Newton dan berganti ke Downtown Line menuju stasiun MRT Telok Ayer. Keluar melalui pintu Exit B dan telusuri Cross St sampai bertemu simpang Raffles Quay, Lau Pa Sat ada di sisi sebelah kanan.


Lau Pa Sat merupakan pusat jajanan kaki lima dan terletak di CBD (Central Business District) yang mendapatkan status ikonis sebagai salah satu pasar tertua di Singapura. Dibangun pada abad ke-19, Lau Pa Sat atau juga dikenal sebagai Telok Ayer Market telah menjadi landmark Singapura yang diresmikan sebagai monumen nasional pada tahun 1973.


 
Ada banyak pilihan makanan disini, tapi ada baiknya sambangi bagian luar Lau Pa Sat, pada bagian yang akses jalannya ditutup pada malam hari, untuk menikmati sate. It's a satay paradise here, folks!



Tentu saja disini juga banyak pilihan makanan halal yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu. Datang saja dan pilih sesuai dengan selera. Favorit saya adalah Combo: Mutton + Prawn Satay dan juga Grilled Stingray. Bagi yang pernah mencicipi the infamous Portuguese Grilled Fish di Petaling Street Kuala Lumpur, kalian bakal familiar dengan rasa Grilled Stingray-nya disini. 

Mutton + Prawn Satay
Grilled Stingray
Karena saya menginap di Chinatown, dari Lau Pa Sat saya bisa langsung pulang jalan kaki menyurusi Cross St, lurus saja sampai ke depan penginapan. Bagi yang baru saja mengunjungi Merlion, Lau Pa Sat juga ada pada jarak yang sangat walkable.




3. Kampong Glam

Mirip dengan menuju Lau Pa Sat, kita akan naik MRT North South Line menuju stasiun MRT Newton dan berganti ke Downtown Line menuju stasiun MRT Bugis. Keluarlah melalui pintu Exit B menuju Victoria St belok kanan sampai simpang Ophir Rd, ambil kanan lagi sampai simpang North Bridge, ambil kiri dan kita akan masuk Kampong Glam melalui Haji Lane.


Tahun 1822, Sir Stamford Raffles mengalokasikan area ini bagi komunitas  Melayu, Arab, dan Bugis. Setelahnya area ini menjadi salah satu tahta kerajaan Melayu di Singapura. Kampong glam terkenal dengan landmark Sultan Mosque-nya yang mempunyai kubah keemasan. Dulunya adalah masjid kerajaan Sultan Johor, arsitektur Masjid Sultan adalah perpaduan unsur-unsur Eropa dan Islam.

Sultan Gate
FYI, untuk masuk Kampong Glam melalui Sultan Gate, kalian perlu masuk dari sisi timur laut tepatnya melalui Muscat St yang berbatasan langsung dengan Kandahar St. Patokannya adalah Rumah Makan Minang. Selain Sultan Mosque, yang juga menjadi daya tarik lain di Kampong Glam adalah Haji Lane. Yup, Haji Lane adalah "rumah" bagi cafe/bar dengan live music, deretan outlet fashion, butik dan distro.







4. Holland Village

Eits, masih ada tempat di Singapura yang punya atmosfer dan vibe yang hampir sama dengan Haji Lane lho! Sebuah alternatif bagi kalian yang jelang sore masih jauh dari Central Area. Holland Village bisa diakses melalui stasiun MRT Holland Village yang berada di jalur Circle Line. Jadi apabila tadi berangkat dari stasiun MRT Ang Mo Kio, maka kita akan berhenti di Bishan, stasiun percabangan jalur North South Line dengan Circle Line, setelah pindah jalur berhentilah di stasiun MRT Holland Village.



Holland Village berhasil meraih reputasi sebagai wilayah berkumpulnya orang-orang kreatif dan sebagai tempat lahirnya para seniman, musisi, dan pengusaha lokal. Pusat wilayah Holland Village berada di sepanjang Lorong Mambong yang memancarkan pesona Eropa nan menawan, juga merupakan jajaran open bar/cafe, restoran, dan gerai-gerai lifestyle populer.






5. Singapore Zoo
 
Mungkin kalian bertanya ngapain jauh-jauh ke luar negeri cuman berkunjung ke Kebun Binatang? Demi Night Safari-nya lah! Tapi di Taman Safari Indonesia juga sekarang sudah ada Night Safari kan? Iya, juga sih. Itulah mengapa saya taruh Singapore Zoo di urutan kelima. Ya dulu Taman Safari kita belum punya Night Safari, jadi wahana Night Safari di Singapore Zoo adalah sesuatu yang menarik!
 

Pada jalur North South Line turunlah di stasiun MRT Khatib. Keluarlah melalui Exit A dan kita akan bertemu dengan pick-up point dari Mandai Khatib Shuttle yang akan membawa kita ke Singapore Zoo. Shuttle ini hanya dikenakan biaya $S1 menggunakan EZ Link/NETS FlashPay card. Tidak ada opsi pembayaran secara tunai di shuttle ini, maka gunakanlah EZ Link. Sudah saya tekankan pentingnya EZ Link pada Part-1.





Singapore Zoo dan Night Safari sebenarnya adalah 2 atraksi berbeda, mereka bersebelahan, satu buka pada siang hari, satu lagi buka pada malam hari. Secara teknis kita bisa mengunjungi Singapore Zoo dan Night Safar sekaligus di hari yang sama, cuman ya bayangkan mahalnya harga tiket masuknya capeknya itu lho! Selain kunjungan ke lokasi-lokasi hewan menggunakan odong-odong layaknya kunjungan di Taman Safari Indonesia, di Night Safari juga tersedia beberapa pertunjukan berjadwal, Creature of The Night Show dan Thumbuakar Performance. Sesuai namanya, Creature of The Night menampilkan hewan-hewan nokturnal dimana pengunjung bisa melihat lebih dekat bahkan berfoto bersama. Saya paling gemes dengan Binturong, semacam kucing hutan khas pedalaman hutan Borneo.

Owl
Binturong 😻
Kids with Binturong
Piton

Thumbuakar Performance menampilkan tari-tarian penuh api. Berada di area entrance, para penari berapi ini akan menyuguhkan sebuah pertunjukan berdurasi 7 menit yang penuh api. Semacam sambutan berapi-api gitu maksudnya, tapi karena saya datang telat, saya nonton Creature of The Night dulu baru nonton Thumbuakar Performance pada jadwal pertunjukan keduanya.




Kemudian, kita bisa mengantri ke odong-odong yang akan membawa kita berputar-putar mengunjungi lokasi hewan-hewan. Klik disini untuk mendapatkan info lengkap soal Night Safari termasuk jadwal-jadwal pertunjukkannya sehingga tidak bolak-balik seperti saya.





Nah, sudah episode Singapura dari Ujung ke Ujung akan segera berakhir. Lho kok belum beli souvenir? Kalau nginepnya di Chinatown, tiap hari jika menggunakan MRT, kita bakalan lewat Chinatown Market, jadi kalau serupa gantungan kunci, magnet kulkas, patung merlion, kaos Singapura, semua sudah tersedia. Selain Chinatown Market kalian juga bisa berkunjung ke Bugis Street atau di Lucky Plaza yang ada di Orchard. Rata-rata ragam jualannya sama, hanya harganya yang terpaut sedikit berbeda. 

Chinatown Market
Oya, menginap di Chinatown juga memberikan keuntungan yaitu tidak perlu buru-buru untuk mampir ke Kuil Sri Mariamman dan Buddha Tooth Relic. Bahkan tidak perlu dimasukin itinerary karena dua tempat ini ada di area Chinatown, Kuil Sri Mariamman contohnya ada diujung Chinatown Market. Sedangkan apabila kamu makan di hawker Maxwell Food Centre, jelas kamu akan melewati Buddha Tooth Relic. Memang sih untuk pelancong Indonesia bisa skip saja dua destinasi ini, tapi bagi yang suka fotografi, yakin kalian melewatkan bangunan-bangunan ikonik ini?


Sri Mariamman Temple
Buddha Tooth Relic
Baiklah, saya akhiri episode Singapura dari Ujung ke Ujung, semoga tulisan saya bisa membuat kunjungan kalian ke Singapura tidak melulu begitu-begitu saja. Ya kan kita sebagai warga Indonesia saja tidak mau Indonesia hanya "dikenal" Bali-nya saja, atau Jogja-nya saja, begitu juga dengan Singapura yang punya banyak hal selain Merlionnya saja. Apabila dalam 3 episode ini masih ada kurangnya, tulis di kolom komentar ya, siapa tahu kalian jelajahnya lebih jauh ketimbang saya. Selamat melancong, selamat bersenang-senang!

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Instagram