Bangkok Trip: Masjid Darul Aman, Chatuchak Weekend Market

5/30/2016 01:41:00 AM

Untuk menuju Masjid Darul Amman, dari pintu keluar stasiun BTS Ratchathewi, setelah turun tangga, menyeberanglah dahulu baru belok kiri. Saya belok kiri dulu jadi terpaksa berjalan agak memutar demi jembatan penyeberangan. Fyuh!




Masjid Darul Aman ini sebenarnya berada di Soi Surao (Soi 7 Petchaburi). Tapi karena bagian depannya sedang direnovasi, kita bisa memutar melalui pintu yang berada di jalan Petchaburi. Masjid ini punya selasar yang cukup luas. Bagian utamanya berada dalam ruangan tertutup dan ber-AC, bak oase ditengah teriknya Bangkok. Bersama dengan saya ada 5 orang yang hendak mengerjakan sholat. 2 orang dengan aksen melayu, bapak dan anak dengan aksen thailand dan 1 bapak chinese berkopiah. Kami sepakat untuk melakukan sholat jamak-qashar.







Di dekat Masjid Darul Aman ini ada beberapai kedai dan restoran halal. Namun dari hasil browsing, ada kedai yang terkenal yaitu Farida Fatornee. Saking terkenalnya, kedai ini ada di direktori google map lho! Di kedai ini selain menjual makanan khas Thailand seperti Tom Yum dan Pad Thai, juga menjual getuk nasi campur (rames). Penjualnya seorang ibu yang bisa berbahasa melayu meskipun beliau ini orang Thailand.




Setelah menghabiskan Pad Thai, saya memesan Ma Muaaang Khaao Niaao alias Mango Sticky Rice. Belum lengkap rasanya jika belum menikmati makanan khas Thailand ini. Sembari menikmati ketan hangat berkuah santan kental manis ini, saya ngobrol dengan ibu Fatornee. Setelah tahu saya orang indonesia, beliau bercerita kalau orang Kedutaan sering makan disini. Ya, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bangkok ini memang berada di Ratchathewi. Untuk Pad Thai, Mango Rice dan segelas air es saya hanya perlu membayar 100 baht. Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Tchatuchak. Naik BTS menuju stasiun Mo Chit. 


Pad Thai
Mango Sticky Rice
Chatuchak Weekend Market, merupakan salah satu pasar terbesar di Thailand. Memiliki lebih dari 8000 kios yang dipisahkan menjadi 27 bagian. Chatuchak Market buka pada hari Sabtu dan Minggu, 09:00-18:00, dan Jumat 18:00-24:00. Paling mudah mencapai Chatuchak Market dengan BTS ke Mo Chit Station dan keluar melalui Exit Gate 1. Kemudian ikuti saja kerumunan orang disitu karena sudah dipastikan tujuannya hanya ke Chatuchak Market.


Pemandangan dari Exit Gate 1
Jadi, Ancient City dan Chatuchak membentang dari ujung ke ujung yang dihubungkan dengan rel kereta yang terbentang panjang. Bearing di ujung stasiun BTS sisi sana dan Chatuchak ada di stasiun BTS terakhir (Stasiun Mo Chit) di ujung satunya lagi. 


Peta Chatuchak
Secara garis besar, peta diatas akan membagi pemilihan barang yang ditawarkan di Chatuchak dibagi menjadi 11 kategori:
  • Pakaian & aksesoris (bagian 2-6, 10-26)
  • Kerajinan (bagian 8-11)
  • Keramik (bagian 11, 13, 15, 17, 19, 25)
  • Furnitur dan dekorasi rumah (bagian 1,3,4,7,8)
  • Makanan dan minuman (bagian 2, 3, 4, 23, 24, 26, 27)
  • Tanaman dan alat berkebun (bagian 3, 4)
  • Seni dan haleri (bagian 7)
  • Hewan dan aksesoris (bagian 8, 9, 11, 13)
  • Buku (bagian 1, 27)
  • Barang antik dan koleksi (bagian 1, 26)
  • Miscellaneous dan Busana Bekas (bagian 2, 3, 4, 5, 6, 22, 25, 26)

Oya, jika kita bingung dengan direksi Chatuchak, carilah security dan mintalah peta padanya. Gratis kok! Setidaknya dengan peta ini akan memudahkan kita menjelajah dan mencari barang yang akan kita beli. Trust me, mengandalkan insting hanya akan membuat kita wira-wiri tak karuan.



Pasar seluas kurang lebih 9 hektar ini dikunjungi tidak kurang dari 200.000 orang per hari di setiap akhir pekan. Sebenarnya turis cenderung memilih pasar ini untuk membeli cenderamata khas Thailand dengan harga yang cukup murah. Satu hal lagi, kelihaian dalam tawar-menawar dapat diuji di sini untuk mendapatkan harga terbaik. Yup, tawarlah setiap barang yang dibeli. Walaupun untuk pembelian diatas 3 biasanya sudah mendapatkan diskon juga sih.





Dari hasil kesasar menjelajah kesana kemari, saya membeli beberapa barang untuk oleh-oleh. Ada sapu tangan dengan motif gajah, gantungan kunci dan magnet kulkas. Barang-barang ini saya foto ketika sudah sampai ke penginapan. Saya tidak membeli banyak, hanya untuk orang-orang terkasih saja.



Oya, jika pernah ke Chatuchak, kita pasti akan mengenali orang ini. Orang yang nampak seperti versi kartun Koki Spanyol ini adalah Fernando Andrés Yusta, pemilik Viva 8 Spanish Restaurant. Kita bisa melihat "atraksi" Señor Yusta tiap akhir pekan saat menjelang sore. Biasanya akan ada banyak kerumunan penonton penasaran. Next time you’re in Chatuchak, he definitely deserves a "hola!"

Señor Yusta
Sekitar pukul 17.00 saya beringsut dari Chatuchak. Sekalian perjalanan balik ke hotel, saya berencana mampir ke Platinum Mall. Hanya membunuh rasa penasaran saya karena hampir rata-rata travel-blog yang saya baca, selain MBK mereka mampir ke Platinum. Tentu saja untuk berbelanja. Ya, kalau ada oleh-oleh yang lebih menarik dari Chatuchak bolehlah nanti beli. Platinum Mall ini berada di Petchaburi Road di Ratchathewi bersebelahan tidak jauh dengan kantor KBRI.


Platinum Fashion Mall dari atas jembatan penyeberangan
Summer Sale!
Setelah berputar-putar, naik-turun, kesimpulan saya Platinum Fashion Mall ini adalah seperti versi indoor-nya Chatuchak Weekend Market. Sesuai dengan namanya, Platinum Fashion Mall ini adalah mall yang menjadi pusat penjualan produk fashion/pakaian dan accessories. Tetapi ada juga lho toko penjual gadget, toko oleh-oleh khas Thailand seperti makanan, gantungan kunci, magnet kulkas, sabun beras, produk spa, dll. 



Fashion wanita menempati hampir semua lantai di Platinum Fashion Mall, yaitu di lantai basement, dan lantai 1 s.d. 4. Fashion lelaki juga ada di lantai 4, barengan dengan fashion wanita. Sedangkan di lantai 5 dikhususkan untuk fashion anak-anak & accessories. Untuk urusan makan, ada food center (food court) di lantai 6 yang menjual banyak makanan & jajanan khas Thailand.
Banyak orang Indonesia yang saya temui disini, rata-rata sih rombongan buibuk. Kata mereka asyiknya Platinum Fashion Mall itu, kita bisa beli grosiran dengan harga lebih murah, nawar juga bisa. Kalau di Indonesia semacam Tanah Abang mungkin, ya?



Dari harusnya saya naik bis 83 langsung ke Phloen Chit, tapi karena bis ini tidak kunjung datang, saya memilih naik bis 511. Pikir saya karena ini kearah timur maka harusnya akan mengikuti jalur ke Phloen Chit juga. Salah! Kadung naik dan baru tahu ini adalah Bus 511 Express yang hanya berhenti di stasiun tertentu saja. Setelah diturunkan di halte terdekat, sempat googling dan kemudian apes tahu bahwa tidak ada bus dari sini menuju Phloen Cit. Cara termudah adalah naik tuk-tuk atau taksi yang biasanya mahal. Maka baiklah kita isi penghabisan sore ini dengan jalan kaki biar gempor sehat. Cek google map dan voila tidak jauh kok hanya 1.9 km. Let's go!


Bus 511 (taken from khatmadula.com)
My walking map
Sesampainya di penginapan saya langsung gejol-gejol mencari air minum dan menenggak air putih sangking haus, gerah, capek, dongkol, bercampur jadi satu. Sembari menyaksikan saya menenggak gelas demi gelas resepsionis bertanya sambil cekikikan “I knew Bangkok is so damn hot, but 3 glass of water, really thirsty huh dude?” saya hanya manggut-manggut sambil menenggak gelas ketiga. Sembari naik tangga saya berseloroh “I wish Thai people can speak English as fluent as you so I don’t need to get lost and walk my way home for 1.9 km” Counterpain mana counterpain!


List of Bangkok Trip:
Part 1Part 2 | Part 3 | Part 4 | Part 5 | Part 6 | Part 7 Part 8

You Might Also Like

2 komentar

  1. Seru banget pengalamannya. Info-infonya juga jelas dan lengkap. Jadi makin semangat jelajah Thailand. Tmks 😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah menyempatkan mampir baca. Semoga jalan-jalan di Thailand-nya menyenangkan!

      Hapus

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Instagram