Penang (Day 1) - A Beautiful Old Town!

9/20/2015 09:02:00 PM

Pesawat Malindo Air OD2102 mendarat dengan tepat waktu di Penang International Airport. Kesan pertama saya di PIA ini adalah sekilas mirip dengan Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Dari bentuk dan luasnya. Setelah nyomot beberapa leaflet pariwisata penang, saya langsung sarapan di McD. Sembari makan saya membaca-baca leaflet tadi. Perjalanan saya kali ini tanpa itinerary, demi sebuah petualangan baru. Semuanya akan saya lakukan spontan. Semacam going where the wind blow lah. Ahiiiw!



PIA & Big Breakfasst
Salah satu cara paling mudah adalah naik bis Rapid Penang. Keluar dari airport langsung terlihat halte bisnya. Belum ada bus 401E yang akan membawa saya dari bandara ke Georgetown. Oya, jangan sampai salah bus. Walaupun sama-sama bus 401E, pastikan dulu tujuan bus tersebut apakah ke Balik Pulau atau Jetty. Sederhananya, kalau di busnya tertulis Balik Pulau-Jetty, berarti bus itu mau ke Jetty. Sebaliknya kalau tulisannya Jetty-Balik Pulau, berarti tujuannya ke Balik Pulau. Salah tujuan tarif nambah karena pasti muter-muter. untuk lebih lengkapnya bisa pelajari rute Rapid Penang disini.

Rapid Penang & Tiket-tiket
Tarif bus bandara-Jetty ini RM2.7. Tarif bus Rapid Penang ini bervariasi, tergantung jarak tujuan. Jadi pas naik, kita sebutkan tujuan kita ke mana. Pak sopir akan menyebutkan tarfinya. Setelah itu uang kita masukkan ke dalam box yang ada di samping sopir. Sopir akan memberikan karcis sesuai dengan tarif. Oya, usahakan untuk menggunakan uang pas. Sebab, jarang sekali sopir menyediakan kembalian. Ya kan uang yang dibayarkan langsung dimasukkan ke dalam box. Dan perlu diperhatikan, saat naik bus Rapid Penang ini jangan harap kita bakal mendengar sopir bis teriak menyebutkan nama halte atau daerah tempat bus akan berhenti seperti di Indonesia. Kita harus mandiri untuk tanya tanya ke penumpang lain atau pasang GPS.


Rapid Penang

Saya menginap di Kimberley House di Lebuh Kimberley. Sebenarnya lebih enak turun di KOMTAR. Dari situ tinggal jalan sedikit, tapi saking exciting-nya sama Georgetown yang merupakan World Heritage UNESCO ini, saya turun Jetty. Karena dari situ menjangkau pusat Georgetown lebih mudah. Sightseeing dulu lah untuk menentukan tujuan mau kemana. Perjalanan dari bandara ke Jetty ini sekitar 1 jam. Setiba-nya di Jetty, blaaar, tengah hari panasnya minta ampun. Saya celingukan sebentar mencari-cari arah Lebuh Chulia. Dan benar saja sepanjang Lebuh Chulia saya disuguhi bangunan-bangunan tua yang bagus. "I love this town already!Dari Lebuh Chulia saya belok ke Lebuh Victoria yang nembus ke Lebuh Armenian. Ramai disini. Selain memang ada penginapan, butik, pusat kerajinan, kuliner, disini banyak mural yang memang jadi salah satu daya tarik wisata Georgetown. Sepertinya waktu yang paling bagus untuk mengunjungi mural ini adalah pagi hari. Saat belum ramai wisatawan berfoto disitu. Untuk panduan mural di Georgetown ini bisa disimak lengkap disini.


Really love the old building!
Saya melanjutkan perjalanan ke Kimberley House. Sebuah hotel backpacker tiga lantai yang klasik. Bangunan tua dengan ornamen China yang kental. Check in baru mulai jam 14.00 tapi saya sudah diperbolehkan check-in pukul 13.25. Resepsionis-nya mas-mas chinese gitu yang ramah. Dia menerangkan beberapa aturan hotel, seperti pintu utama hotel akan ditutup pukul 00.00 dan baru dibuka pukul 08.00. Tetapi diajarin juga buat cara buka pintu darurat apabila pulang kemalaman atau mau pergi pagi-pagi. Kamar saya nomor 3, single room dengan AC portable dan kipas angin. Kamarnya lumayan, biar kecil tapi nyaman. 


Kimberley House
Setelah berganti pakaian saya keluar untuk jalan-jalan lagi. Tujuan pertama saya adalah Masjid Kapitan Keling. Selain untuk sholat, tentu saja saya penasaran dengan masjid tertua di Georgetown.


Masjid Kapitan Keling
Dari Masjid Kapitan Keling saya ambil jalan ke Lebuh Ah Quee dan belok ke Lebuh Pantai. Saya jalan-jalan sambil motretin bangunan tua sepanjang jalan sampai ke Queen Victoria Memorial Clock. Kemudian menyusuri tepian Fort Cornwallis, Eplanade Park, St. George Church dan kembali lagi melalui jalan Masjid Kapitan Keling.


Queen Victoria Memorial Clock, Logan Heritage, Post Boxes, Tourism Malaysia
St. George Church, Esplanade Park, Fort Cornwallis
Dari Jalan Masjid Kapitan Keling saya berhenti sejenak di perempatan Lebuh Armenian dekat Kuil Yap Kongsi. Disitu ada panggung yang sedang dipersiapkan dan banyak orang sedang sibuk. Saya tanya ke salah seorang disitu, nanti malam akan diadakan Hungry Ghost Festival. Acara akan dimulai pukul 20.00 dan puncaknya pukul 24.00. Maka saya putuskan untuk pulang ke hotel dan nanti kembali kesini.


Hungry Ghost Festival
Berdasarkan info yang saya dapat dari leaflet, masyarakat etnis Cina di Penang percaya bahwa hantu atau roh yang kelaparan harus diredakan untuk mendapatkan nasib baik dan peruntungan dalam hidup mereka. Itulah sebabnya, setiap tahun Hungry Ghost Festival ini diselenggarakan sebagai persembahan bagi hantu/roh yang berkeliaran. Hungry Ghost Festival yang jatuh selama bulan ketujuh dari Lunar Calendar, dirayakan dengan pembuatan altar darurat yang didirikan di pinggir jalan. Altar tersebut akan disertai dupa dan hio yang selalu menyala, serta makanan yang ditawarkan untuk menenangkan rasa lapar hantu/roh tersebut.


Hungry Ghost Festival
Dibuka dengan  tari-tarian barongsai, penyalaan petasan dan kembang api. Pada tengah malam, hantu/roh akan kembali ke neraka dan gerbang ditutup. Persembahan kertas mantra, uang palsu yang disebut Hell Money dan beberapa barang kertas lainnya yang dibakar di api unggun raksasa sebagai hadiah akhir untuk hantu/roh tersebut. Masyarakat mempercayai bahwa berbagai persembahan pada hari itu akan memberikan kemudahan bagi hantu/roh di akhirat sana.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Instagram