Penang (Day 2) - Menjelajah Georgetown
9/22/2015 06:26:00 PM
Saya bangun jam 05.30 pagi dan langsung bergegas mandi. Saya
sengaja mau nguber beberapa mural di Penang mumpung pas sepi. Oya, di
Georgetown sholat subuh baru di mulai 05.52. Setelah sholat subuh, saya
menyiapkan kamera dan tepat 06.40 saya mulai jalan menuju Lebuh Armenian.
Saya melewati depan Kuil Yap Kongsi tempat perhelatan Hungry
Ghost Festival semalam, dan, wow, sudah bersih dan rapi seperti tidak ada sisa
kehebohan acara semalam. Bahkan sudah ada becak khas Penang yang mangkal
disitu. Bandingkan dengan di Indonesia, kalau ada acara sampai larut malam,
pagi harinya sampah masih banyak berserakan.
Remember that happiness is a way of travel - not destination |
Dari Lebuh Armenian saya melewati Lebuh Ah Quee menuju Gat Lebuh Chulia untuk berfoto dengan mural “Brother and Sister on The Swing” saya suka sekali dengan mural ini, sederhana tapi penuh makna. Untuk panduan mural di Georgetown bisa diakses disini atau dari leaflet Marking Georgetown.
Georgetown Mural |
Tak terasa ternyata sudah jam delapan lebih. Saya berjalan
menuju ke Jetty. Hendak membeli tiket Sleeper Train dari stasiun Butterworth
yang berada di Penang daratan sana menuju Johor Bahru. Niatnya sih mau main ke
Hat Yai (Thailand) kemudian meluncur datang kondangan ke teman saya keesokan
harinya. Sesampainya Jetty, konter tiket belum buka, tapi sialnya, setelah
nanya-nanya, kereta malam sleeper train baik kereta Senandung Sutera atau Senandung Langkawi sudah tidak ada. Kalaulah ada itu juga untuk jadwal keberangkatan pagi. Banyak
diantaranya sudah diganti kereta baru ETS (Electric Train Set). Padahal saya sudah membayangkan
main-main ke Pasar Terapung di Hat Yai. Bodohnya saya tidak mengecek jauh-jauh
hari soal kereta ini.
No sleeper train at night! |
Dengan langkah gontai saya jalan balik lagi ke Lebuh
Armenian. Saya duduk termenung di depan Kuil Yap Kongsi, sambil terus kepikiran seandainya saya menyiapkan itinerary mungkin tidak akan begini. Maka
kemudian saya lanjutkan browsing untuk akses transportasi menuju Kuala
Lumpur karena saya akan pulang ke Indonesia melalui KLIA. Dan dari situs Easybook saya akhirnya membooking tiket bus menuju Kuala Lumpur seharga
RM30 (diskon dari harga asli RM33.53) Perjalanan saya lanjutkan menuju Lebuh Chulia untuk mengunjungi
Camera Museum yang konon pertama di Asia Tenggara ini. Sebenarnya museum ini
ada di Muntri Street tapi konon ada jalan tembus diujung Lebuh Chulia untuk
masuk melalui pintu belakang.
My booking |
Koleksi Kamera Jadul |
Another Collection |
Betah sekali saya di museum camera dan waktu sudah
menunjukkan pukul 10.45. Saya berbegas ke Penang Street untuk sarapan. Yah, jam
segini sudah bukan sarapan lagi, tapi brunch. Saya mencari Nasi Kandar Line
Clear yang terkenal itu. Kedai ini telah ada selama lebih dari 45 tahun dan merupakan salah satu kios Nasi Kandar yang terkenal di Penang. Bersiaplah untuk antri di jam-jam makan. Tentu saja saya harus mencoba Nasi Biryani dengan
cumi-cuminya yang nggak tanggung tanggung besarnya. Saya langsung memesan
lengkap dengan teh tarik. Bahkan sangking enaknya saya sampai nambah segelas
lagi. Yummy!
Nasi Kandar Line Clear |
Setelah nasi biryani saya habis, sambil menikmati teh tarik
gelas kedua, saya browsing-browsing, hendak kemana lagi. Karena harusnya saya
akan menuju Hat Yai. Saya ingat ada semacam kuil Thailand yang ada
di Penang ini. Akhirnya ketemu juga dan aksesnya bisa naik bis dari halte dekat
Nasi Kandar Line Clear ini. Saya menunggu bis Rapid Penang 103 cukup lama,
hampir sejam baru nongol. Sempat nanya dulu ke sopirnya apakah ini menuju ke
komplek kuil Thailand tadi. Setelah perjalanan hampir setengah jam akhirnya
saya sampai. Sebenarnya cukup panas karena saya sampai sekitar pukul 12.00
siang. Hanya karena suasananya yang seperti di Thailand, panas pun tidak saya
pedulikan. Wat Chaiyamangkalaram atau lebih familiar disebut Wat Chaiya adalah kuil yang dibangun pada tahun 1845 pada sebidang tanah yang diberikan oleh Ratu Victoria sebagai isyarat niat baik untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan Thailand. Biarawan pertama adalah seorang biarawan Buddha Theravada dari Thailand, Phorthan Kuat, juga dikenal sebagai "Powerfull Monk". Legenda mengatakan bahwa ia sangat menyukai laksa, spesialisasi dan bahkan sampai hari ini umat lokal membawa semangkuk laksa sebagai persembahan ke kuil tersebut. Kuil ini juga terkenal dengan adanya patung Sleeping Buddha sepanjang 32 meter (108 feet). Selain itu Wat Chaiya Mangkalaram juga memiliki patung-patung kecil dari dewa populer Thailand. Selain itu ada serangkaian patung berwarna-warni dari makhluk mitologi tersebar di seluruh halaman kuil
Wat Chaiyamangkalaram |
Dhammikara Burmese Buddhist Temple |
Penang White Coffee & Jeruk Madu Pak Ali |
Chulia Street Night Hawker Stall |
4 Star Mee Goreng Gold by Pak Bashir |
0 komentar